Pacitan, Perjalanan untuk Melampaui Batas Diri (#Hari Ke-3)

Keesokan harinya telah tiba, rencana untuk melihat sunrise di Pantai Srau 2, Pacitan, ternyata hanya sebatas menjadi wacana haha. Pagi itu kita baru bangun sekitar jam 7.30 saat matahari sudah mulai naik, yah mau gimana lagi mungkin karena kecapean juga habis menempuh perjalanan seharian.

Ga buang banyak waktu, berikutnya kita langsung sarapan; mandi dan mengemas tenda serta barang bawaan karena mau jalan lagi ke tempat selanjutnya. Setelah semua persiapan selesai kita langsung pamit ke ibu dan bapak penjaga warung, ga lupa mengucapkan terima kasih dan membayar uang sarapan (Rp 12.000) serta pemakaian kamar mandi dari hari kemarin (Rp 7.000).

Tepian Pantai Srau Pacitan

Tepian pantai Srau di Pacitan, semoga bisa kembali lagi ke sini

Jam 9.30 kita mulai perjalanan menuju Pantai Kasap sesuai rekomendasi dari beberapa warga sekitar yang kita ajak ngobrol kemarin. Estimasi perjalanan sekitar 15-25 menit menggunakan kendaraan roda dua, infonya pun jalanannya sudah lumayan bagus jadi kita bisa berkendara dengan tenang dan nyaman.

Bukit Pantai Kasap, Raja Ampatnya Warga Pacitan

Sekitar jam 9.50 akhirnya kita sampai di pintu masuk area pantai Watukarung; Pasir putih dan Kasap. Untuk bisa masuk ke dalam kita dikenakan biaya retribusi sebesar Rp 5.000 per-orang dan biaya parkir kendaraan sebesar Rp 2.000 per-motor. Jadi dengan sekali bayar kita bisa masuk ke tiga pantai yang berbeda dan lokasinya pun cukup berdekatan.

Berhubung kita penasaran sama Bukit di Pantai Kasap yang kata warga sekitar itu “Raja Ampatnya Pacitan”, maka kita mutusin buat ke sana terlebih dahulu. Saat sampai disana keadaannya ga begitu rame, mungkin karena udah mulai siang dan bukan hari libur juga kali ya?

Informasi Pantai Kasap

Informasi Pantai Kasap

Buat sampe ke puncaknya kita perlu jalan lagi dari tempat parkir dengan waktu tempuh sekitar 20 menit, tiap orangnya pasti beda-beda sih tergantung sama kondisi fisik masing-masing. Tapi jangan khawatir, kalo cape kita bisa istirahat di warung yang ada di jalur menuju puncak bukitnya sambil ngaso juga.

Karena udah mulai kecapean, jadinya kita memilih buat ngaso dulu sekalian nitip barang bawaan ke ibu pemilik “warung rindu alang-alang”. Setelah udah rada segeran, barulah kita lanjut jalan ke atas dan gak lama sampai juga di Puncak Bukit Pantai Kasap.

Sekilas Kemiripan dengan Pulau Wayag di Papua

Dari puncak kita bisa melihat beberapa bukit kecil (atau karang besar?) yang berada di tengah laut, mungkin itu juga kenapa warga sana bilang kalo Kasap tuh seperti raja ampatnya Pacitan. Sekilas emang rada mirip sih sama Wayag di Raja Ampat, walaupun kita belom pernah lihat secara langsung juga hehe.

Di puncaknya ternyata ga se-sepi di bawah, ada beberapa orang juga yang lagi foto-foto di sana. Karena kondisinya saat itu bener-bener panas dan terik, kita lanjut turun lagi ke warung buat neduh sambil makan siang.

Puncak Bukit Pantai Kasap Pacitan

Puncak bukit pantai kasap, ‘raja ampat’ versi Pacitan

Sambil istirahat, kita juga pesen nasi pecel dan ikan goreng yang setelah kita icip ternyata rasanya tuh bener-bener enak! Cuman dengan bayar Rp 18.000 kita udah bisa makan sampai kenyang ditambah minum es teh manis yang bener-bener nyegerin.

Sambil ngaso, dari kejauhan keliatan banyak nelayan yang lagi melaut. Info dari ibu warung sih katanya ada dua pelabuhan di sana yang ternyata menyediakan wisata buat naik perahu ke laut juga, pelabuhan tersebut berada di watu karung dan teleng.

Sekitar jam satu siang kita pamit buat lanjut jalan lagi ke pantai yang ada di dekat sana, yaitu pasir putih dan watu karung. Hanya perlu naik motor sekitar 5 menit akhirnya kita sampai juga di Pantai Watu Karung, Pacitan.

Dari puncak kita bisa melihat beberapa bukit kecil (atau karang besar?) yang berada di tengah laut, mungkin itu juga kenapa warga sana bilang kalo Kasap tuh seperti raja ampatnya Pacitan

Dari yang kita lihat, mayoritas wisatawan di sana sih bule-bule alias wisatawan mancanegara. Setelah ngobrol sama warga setempat, ternyata pantai ini tuh jadi salah satu tempat favorit mereka buat surfing.

Info yang kita dapet, setiap bulan Agustus suka ada perlombaan surfing di pantai ini. Selain karena pantainya bersih, di Watu Karung itu jarang ada karang besar dan yang paling penting ombaknya bagus untuk dipake berselancar.

Pantai Klayar, tempat Favorit Wisatawan Lokal di Pacitan

Engga terlalu lama, berikutnya kita lanjutin perjalanan menuju Pantai Klayar. Sepanjang perjalanan kita sambil muter-muter buat nyari ATM atau warung yang bisa tarik tunai pake kartu debit, tapi sampai tiba di Klayar pun kita ga nemuin ATM apapun.

Dengan uang seadanya akhirnya kita maksain masuk aja ke Klayar, untuk masuk ke sana kita perlu membayar biaya retribusi sebesar Rp 10.000 per-orang. Dari pintu masuk kita masih perlu jalan atau berkendara lagi lumayan jauh sampe akhirnya tiba di bibir pantai.

Untuk kendaraan roda dua kebetulan masih bisa masuk sampai ujung, nah buat yang cape jalan bisa juga sewa ATV buat nyusurin pantainya. Kita lebih milih masukin motor dan nitip di warung yang ada disana (dikenakan Rp 5.000 per-motor).

Celah Seruling Samudera Pantai Klayar

Celah yang menyemburkan air dari seruling samudera Pantai Klayar

Seruling Samudera yang Menjadi Hal Unik di Pantai Klayar

Kalo kita liat, Pantai Klayar ini sih yang paling rame wisatawan lokalnya, ga kaya beberapa pantai yang kita datengin sebelumnya. Emang, kalo kita cari rekomendasi pantai di Pacitan pasti Klayar yang muncul pertama, jadi kita ambil kesimpulan kalo pantai ini tuh merupakan pantai favorit buat wisatawan lokal.

Ombak di pantai ini lumayan kenceng dan kita ga direkomendasiin untuk main air disana. Akhirnya kita cuman nyusurin pantai aja sebentar dan ngeliat Seruling Samudera yang buat pantai ini terkenal.

Jadi seruling samudera tuh semacam celah di batuan pinggir pantai gitu, nah pas ada ombak besar ngehantam batu itu maka nanti bakalan ada semprotan keluar dari celahnya disertain bunyi yang mungkin sedikit kedengeran kaya suara seruling.  Setelah foto-foto sebentar kita lanjut lagi pergi dari sana karena kurang cocok juga sama keadaan pantai yang cukup rame.

Lautan Lepas Samudra Hindia

Lautan lepas samudra hindia dilihat dari Pantai Klayar

Saat itu kita mutusin buat balik ke pantai kasap lagi, rencananya sih mau camping di sana karena rekomendasi ibu warung yang katanya bisa lihat matahari terbenam yang bagus. Di perjalanan kita ga nyerah buat nyari ATM dan Alhamdulillah akhirnya nemu warung yang bisa pake BNILINK. Jadi pelajaran juga nih buat kita, kalo berpergian jangan sepenuhnya ngandelin ATM/Debit, tapi harus juga sedia uang cash yang banyak.

Sekitar jam 16.00 akhirnya kita sampai di pantai kasap, karena sebelumnya udah bayar retribusi jadi kita cuman perlu bayar biaya buat camping Ana (Rp 15.000 per-tenda). Pas kita jalan ke atas ternyata warung si ibu udah tutup dan udah gada satu orangpun, jadi kita lanjut aja jalan ke atas buat hunting foto sunset.

Sesampainya di atas kita rada kecewa sih, matahari yang seharusnya kelihatan malah ketutupan sama awan tebel di ujung sana. Cuaca sekitar juga jadi sangat ber-angin, rencana buat berkemah di puncak kasap jadi batal karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Camping Terakhir di Watu Karung

Ga lama akhirnya kita beranjak dari pantai kasap dan memutuskan untuk berkemah di Pantai Watu Karung. Saat tiba kebetulan masih ada satu warung yang buka, jadi kita izin untuk berkemah dekat sana sekailan makan malam.

Jadi pelajaran juga nih buat kita, kalo berpergian jangan sepenuhnya ngandelin ATM/Debit, tapi harus juga sedia uang cash yang banyak.

Setelah selesai makan dan ngediriin tenda, kita segera beristirahat karena besok udah harus balik lagi ke Jogja. Sekian cerita hari ke-tiga kita di road trip ini, masih ada cerita satu hari lagi tentang Pantai Watu Karung Pacitan! Klik link tersebut untuk membaca cerita lengakpnya.

Estimasi Biaya Hari Ke-3 (Pantai Srau – Kasap – Klayar – Watu Karung)

Sarapan: Rp 12.000/ orang

Biaya WC: Rp 7.000

Retribusi Watukarung: Rp 5.000/ orang

Parkir Watukarung: Rp 2.000/ motor

Makan Siang: Rp 18.000/ orang

Retribusi Klayar: Rp 10.000/ orang

Parkir Klayar: Rp 5.000/ motor

Camping Kasap: Rp 15.000/ tenda

Makan Malam: Rp 10.000/ orang

TOTAL: ± Rp 68.000/ orang

Beri penilaian untuk postingan ini!
[Keseluruhan: 1 Rata-rata: 5]

Comments 2

  1. Avatar for Almer Almer March 29, 2020
    • Ghiffari Hendana April 6, 2020

Leave a Reply