Kebangkitan Setelah Bencana Besar (Banda Aceh Ep.1)
Pasca insiden 26 Desember 2004, Banda Aceh bertransformasi menjadi daerah yang luar biasa dalam hal pembangunan infrastruktur. Tsunami 15 tahun lalu menimbulkan banyak kerugian materil, sekitar 85% dari seluruh infrastruktur rusak akibat diterjang bencana terbesar pada abad 21 itu.
Dalam rangka kunjungan kerja kali ini, saya mendapatkan beberapa pengetahuan dan pengalaman baru terkait transformasi Banda Aceh. Ini merupakan kali pertama bagi saya untuk mengunjungi kota ini semenjak lahir.

Masjid Baiturrahman Aceh, bukti kebesaran sang Pencipta
Dalam kurun waktu yang cukup singkat, saya mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi beberapa tempat iconic yang berada di kota dengan julukan Serambi Mekkah ini.
Museum Tsunami Aceh, Merefleksikan Gelombang dan Kapal Penyelamat
Ketika melihat wujud strukturnya, Museum Tsunami Aceh ini merefleksikan dua makna yang berbeda. Gedung ini seolah tampak seperti gelombang tsunami, namun di sisi lain bangunan ini nampak seperti kapal penyelamat dengan geladak yang luas sebagai escape building.

Interior Museum Tsunami Aceh
Karya ini dirancang oleh Gubernur Jawa Barat yang menjabat saat ini, yaitu Mochamad Ridwan Kamil setelah memenangkan ‘Sayembara Merancang Museum Tsunami Aceh’ beberapa tahun silam. Pada tahun 2009 museum ini diresmikan oleh Presiden saat itu, yaitu Bapak Susilo Bambang Yudhoyono.
Tempat ini merupakan salah satu objek wisata utama bagi wisatawan dalam maupun luar negeri yang ingin melihat beberapa peninggalan dari bencana tsunami tahun 2004 lalu.
Gedung ini tidak hanya berfungsi sebagai monumen peringatan bencana tsunami, namun pengunjung yang datang seolah dapat merasakan kejadian tersebut. Di dalamnya terdapat berbagai ruang tematik yang memiliki pesan tersirat maupun tersurat masing-masing.

Helikopter yang digunakan untuk evakuasi

Diorama kilas balik saat tsunami menerjang

Salah satu frame diorama di museum tsunami
The Lost Echoes
“Tsunami 2004 bukanlah yang pertama kali terjadi di Aceh. Di masa lalu bencana tersebut sudah pernah melanda. Banyak korban yang selamat dari bencana pada saat itu menceritakan karena kebiasaan menceritakan kembali sebuah peristiwa secara turun temurun sebagai nasehat untuk kewaspadaan bersama. Kebiasaan ini perlahan tidak dilakukan sejak Aceh berkecamuk dalam konflik menghadapi bencana sesama manusia, dari abad ke abad. Seiring waktu dari generasi ke generasi baru, dengan peradaban yang lebih maju, pesan untuk kewaspadaan terhadap bencana tidak lagi menjadi kebiasaan untuk diwariskan. Semakin menjadikan nilai arif berbagai pengetahuan bencana terhenti dan terlupakan”. -dikutip dari salah satu frame diorama di Museum Tsunami
Masjid Raya Baiturrahman, Landmark Aceh yang Tetap Kokoh
Masjid Raya Baiturrahman Merupakan masjid bersejarah yang di bangun pada abad ke-16, tepatnya tahun 1612 oleh Sultan Iskandar Muda. Namun ada beberapa informasi yang mengatakan kalau masjid ini didirikan oleh Sultan Alauddin Johan Mahmudsyah tahun 1292.

Menara masjid Baiturrahman Aceh
Masjid ini terletak di pusat kota Banda Aceh yang bersebelahan dengan pasar tradisional Aceh dan salah satu yang termegah di Asia Tenggara. Luas bangunan mencapai 4,7 hektar dan dapat menampung sekitar kurang lebih 9.000 jamaáh.
Hal yang unik lagi adalah masjid ini memiliki payung yang sama dengan Masjid Nabawi di Madina, Saudi Arabia. Payung tersebut biasanya dibuka sejak terbit hingga terbenam matahari apabila cuaca bagus (tidak ada angin kencang). Saya merasa takjub dengan keindahan arsitektur yang dirancang oleh aristektur asal Belanda ini, yaitu Gerrit Bruins dengan gaya arsitektur Kebangkitan Mughal.
Masjid Raya Baiturrahman ini telah bertransformasi dari landmark sejarah Aceh pada masa kerajaan hingga menjadi pusat pariwisata dan saksi bisu tempat berlindungnya masyarakat saat terjadi tsunami tahun 2004 kelam.

Ilustrasi puing-puing setelah tsunami melanda pada tahun 2004
Ketika bencana tersebut terjadi, umur saya masih 8 tahun dan yang saya lihat dalam pemberitaan di televisi pertama kali adalah Mesjid Raya Baiturrahman yang masih kokoh meski bangunan sekitarnya hancur.
Banda Aceh saat ini tentu sangatlah berbeda dengan 15 tahun lalu. Daerah yang pernah dilanda bencana besar layaknya kiamat kecil, kini sudah bertransformasi menjadi daerah yang lebih baik dari sisi infrastruktur maupun pembangunan lainnya.
Sekian yang bisa saya ceritakan, selain kedua landmark bersejarah ini saya juga akan membahas mengenai topik lainnya terkait kunjungan ke Aceh beberapa waktu lalu. Jangan lupa follow IG kami di @nyikreuh untuk tahu update terbaru dari catatan perjalanan kami.