Napak Tilas Peristiwa di Aceh Pada Masa yang Lalu (Banda Aceh Ep. Penutup)

Hari terakhir saya berada di Banda Aceh, saya mendapatkan kesempatan untuk memperoleh informasi yang sangat bermanfaat dari Mas Roy. Lalu, siapa Mas Roy?

Dia adalah seorang teman yang saya bicarakan pada Catatan Perjalanan di Banda Aceh nyikreuh sebelumnya. Perbincangannya cukup menyita atensi saya setiap kali dia menceritakan tentang Aceh. Pada intinya, ada dua cerita yang sangat menarik, yaitu konflik dan tsunami 2004.

Pada hari itu saya meminta dia untuk pergi ke tempat yang memiliki nilai mendalam selama menjadi masyarakat Aceh. FYI, dia merupakan salah satu korban tsunami dan konflik. Saat ini usianya 39 tahun, ketika tsunami dia kehilangan keluarga dan hanya menyiksakan 2 kakak kandungnya.

Mas Roy, seorang teman dari Banda Aceh

Mas Roy, seorang teman dari Banda Aceh

Berasal dari keluarga militer, tentunya dia tahu betul bagaimana konflik yang berkecamuk melalui cerita dari Ayahnya yang pada saat itu bertugas sebagai aparatur pemerintahan dan tentunya saksi hidup dalam konflik berkepanjangan itu.

Napak Tilas, Jadi Tujuan Wisatawan di Banda Aceh

Saya diantar untuk menyusuri beberapa tempat yang cukup memiliki nilai sejarah. Pasca tsunami Aceh 2004 lalu banyak sekali wisatawan dalam dan luar negeri pergi mengunjungi Banda Aceh, umumnya ingin mengetahui bagaimana persitiwa itu terjadi.

Dia menceritakan banyak hal juga ketika tsunami terjadi bagaimana kondisi masyarakat, pemukiman, kuburan masal dan lain-lain. Mendengar ceritanya, saya membayangkan bagaimana mencekamnya situasi dan kondisi pada saat itu.

Pada sore harinya, saya mengelilingi Pantai Lhoknga di Aceh Besar. Menurut Mas Roy, Pantai Lhoknga merupakan Pantai dengan gelombang yang cukup tinggi pada saat tsunami terjadi.

Pantai Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar

Pantai Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar

Sejujurnya saya aga sedikit jiper ketika mencoba untuk menyentuh air laut di pantai ini. Tapi, pada sisi keindahan, pantai ini menjadi sunset point yang tepat. Apabila datang di waktu dan cuaca yang tepat, kita akan melihat hamparan matahari berwana oren yang hendak terbenam.

Masjid Rahmatullah, Menyisakan Kenangan 2004

Ketika waktu maghrib sudah tiba, Mas Roy mengajak saya untuk menjalankan sholat maghrib di Masjid Rahmatullah di kawasan Kampung Turki desa Lampu’uk, Aceh Besar. Dinamakan Kampung Turki karena desa ini salah satu yang merasakan bantuan manfaat pembangunan dari Turki pada saat itu.

Setibanya di Masjid Rahmatullah, saya dibuat kagum dengan arsitektur yang cukup bagus dari sudut pandang estetika orang awam terhadap prespektif dalam menilai sebuah karya arsitek.

Masjid Rahmatullah Lampuuk

Masjid Rahmatullah Lampuuk

Masjid Rahmatullah ini dibangun pada tahun 1990 dan selesai pada tahun 1997, Masjid ini terletak hanya 500m dari Pantai Lampu’uk yang memiliki keindahan yang sangat luar biasa. Sayangnya waktu itu sudah gelap dan saya gabisa pergi ke Pantai tersebut.

Pada 26 Desember 2006, Wakil Perdana Menteri Turki, Mehmet Ali Sahin, bertandang ke Lampu’uk untuk meresmikan berbagai fasilitas yang dibangun Bulan Sabit Merah Turki dalam acara yang berpusat di halaman Masjid Rahmatullah.

Di dalam Masjid ini terdapat sudut yang disisakan di sebelah sudut kiri belakang pasca tsunami 2004 yang tidak mengalami renovasi untuk mengenang nilai sejarah ketika tsunami tersebut. Selain itu, ada ruangan yang isinya itu foto2 tsunami di daerah tersebut.

Kilas balik Masjid Rahmatullah di Tahun 2004

Kilas balik Masjid Rahmatullah di Tahun 2004

Satu hari ini saya senang sekali, saya merasa menjadi orang yang sangat produktif dan sangat tertarik menyimak segala pembicaraan dari Mas Roy. Suatu saat saya berharap bisa datang kembali ke Aceh dan memperlajari hal-hal baru yang jauh lebih menarik. teurimong gaséh, Mas Roy dan Aceh.

Beri penilaian untuk postingan ini!
[Keseluruhan: 0 Rata-rata: 0]

Comments 2

  1. Avatar for Nonanomad Nonanomad March 6, 2020
    • Admin March 25, 2020

Leave a Reply