Banyuwangi, The Sunrise of Java
Banyuwangi, wilayah yang masuk ke dalam Provinsi Jawa Timur dan juga dijuluki sebagai “The Sunrise of Java”. Sebutan tersebut disematkan bukan tanpa alasan, melainkan karena wilayah tersebut merupakan yang pertama kali menerima cahaya matahari di Pulau Jawa.
Kabupaten ini berbatasan dengan tiga Kabupaten lainnya, yaitu Kabupaten Bondowoso, Situbondo dan Jember. Selain itu, wilayah ini terletak di antara pegunungan di sebelah barat dan pantai di pesisir timur. Tentu banyak potensi wisata yang melibatkan alam sebagai unsurnya.
Pada tanggal 22 Desember 2018 lalu, Pemkab setempat meresmikan softlaunching Majestic Banyuwangi 2019, event yang bertujuan untuk menjadi daya tarik wisatawan untuk datang selama 2019. Terdapat 121 Event akan diselenggarakan yang mencakup berbagai bidang meliputi kesehatan, olahraga, kuliner, pertanian, perkebunan, teknologi, bisnis, fashion dan masih banyak lagi.
Traveling ke Banyuwangi beberapa waktu lalu, memberikan pengetahuan dan pengalaman baru tentang eksotisme dan keindahan alam maupun budaya yang ada di kota ini. Ingin tau selengkapnya? lanjutkan baca tulisan di bawah ini.
Wisata Budaya di Banyuwangi
Awalnya saya kira bahasa yang digunakan di Banyuwangi merupakan bahasa Jawa Timur yang condong lebih ‘kasar’ kata orang. Ternyata hal itu tidak dibenarkan oleh driver yang sekaligus guide saya pada kunjungan kali itu.
Banyuwangi memiliki suku asli mereka, yaitu Suku Osing yang merupakan sub-suku dari suku Jawa. Mereka menggunakan bahasa Osing dalam keseharian dalam berinteraksi.
Menurut informasi yang saya dapatkan, Bahasa Osing merupakan salah satu ragam tertua bahasa Jawa. Suku Osing banyak ditemui di beberapa Kecamatan, seperti Rogojampi, Songgon, Kabat, Giri, Glagah, Kalipuro dan desa lainnya.
Selain itu, Banyuwangi memiliki banyak tradisi upacara adat dan kesenian, yang salah satunya adalah Kuda Kecak. Pengalaman dan pengetahuan berdasarkan perspektif yang saya dapatkan menggambarkan bahwa budaya kota ini merupakan perpaduan antara budaya Bali dan Jawa Timur.
Potensi Alam Yang Menjadi Daya Tarik
Seperti apa yang sudah saya sampaikan pada paragraf di atas, potensi wisata alam di Banyuwangi lumayan banyak dan salah satu alasan kenapa Majestic Banyuwangi itu ada. Potensi alam yang ada bisa dikembangkan dan mampu dijadikan berbagai event dengan skala nasional bahkan internasional.
Ada beberapa tempat yang saya kunjungi buat cari tahu tentang kondisi wisata alam yang ada di Banyuwangi dan itu worth it.
Taman Nasional Baluran
Nama daerah ini diambil dari nama Gunung Baluran yang terletak di utara Banyuwangi dan berbatasan dengan Situbondo. Baluran merupakan kawasan konservasi yang seringkali disebut sebagai Africa Van Java oleh turis.
Pada musim kemarau biasanya kawasan ini nampak kering dan gersang berwarna kecoklatan. Meskipun begitu, Taman Nasional Baluran menyimpan beragam flora dan fauna yang perlu kita jaga habitatnya.
Ada beberapa tempat yang hits sebagai objek foto wisatawan, contohnya seperti Sabana Bekol, Evergreen Forest dan Pantai Bama.
Bangsring Underwater
Merupakan pantai yang dapat dijadikan sebagai objek wisata olahraga air untuk snorkeling melihat terumbu karang maupun dan berenang dengan hiu. Pantai yang terletak di laut selat Bali menyimpan keanekaragaman hayati dan membuatnya terpukau saat menikmati keindahan alam. Suasana lingkungan sekitarnyapun cukup asri, rapi dan bersih.
Teluk Hijau
Orang Banyuwangi umumnya menyebut tempat tersebut dengan sebutan Pantai Pulau Merah karena lokasi tersebut menjadi perbatasan antara sungai hilir dan pantai. Saya dapet kesempatan buat ngelilingi keadaan sekitar yang masih sepi menggunakan sebuah perahu tua.
Menurut pengamatan saya, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki, seperti infrastruktur jalan dan kreatifitas SDM untuk membuat semcam memadukan wahana perhutanan dengan teluk yang mampu menarik wisatawan lebih banyak lagi. Karena saya yakin bahwa tempat ini memiliki potensi untuk berkembang.
Curug Jagir
Merupakan curug yang terletak dekat dengan Desa Osing yang menjadi tujuan wisata turis nusantara maupun mancanegara untuk bermain air di sana. Pasalnya, tempat ini memiliki udara yang sejuk berbeda dengan kawasan lainnya di Banyuwangi dan kemudian memiliki air yang masih jernih. Jadi, ga aneh kalo banyak orang yang sengaja berenang maupn bermain air disana.
Kawah Ijen, Banyuwangi
Ini merupakan destinasi yang sebetulnya saya tunggu. Ada yang bilang ga afdol kalo ke Banyuwangi tapi ga pergi kesini. Kawah Ijen dengan ciri khasnya, yaitu blue fire yang setelah saya baca ternyata hanya ada 2 di dunia, yaitu di Banyuwangi dan Islandia.
Menurut Pemred Radar Banyuwangi, masyarakat lokal sering menyebut fenomena ini sebagai ‘kompor gas’ karena warnanya hampir mirip dengan api yang dikeluarkan oleh kompor gas. Tapi ketika saya mengunjunginya hanya nampak sedikit blue fire.
Menurut porter, ada bulan tertentu dimana blue fire akan memunculkan api yang lebih luas dari apa yang dikeluarkan pada saat itu, yaitu di Bulan Juli hingga Agustus.
Kalo mau liat blue fire, pastinya kita harus mulai mendaki pada malam hari, umumnya orang mulai hiking pada pukul 12.00 hingga 02.00 karena pendakian tersebut memerlukan waktu kurang lebih 2,5 jam untuk sampaidi kawah.
Jadi, itulah pengalaman dan beberapa review saya tentang kunjungan saya selama di Kabupaten Banyuwangi. Siapapun yang mengunjungi sebagai pilihan berlibur nantinya InsyaAllah di jamin puas dengan budaya maupun kondisi alam yang masih natural. Kalo ada yang butuh informasi lebih lanjut bisa comment atau dm di instagram @nyikreuh atau penulisnya @luthfiharisma.