Berburu Sunrise di Puncak Sulibra (Gunung Artapela #2)

Setelah melewati malam yang cukup panjang (baca cerita tentang Puncak Sulibra (Gunung Artapela) #Part 1), jam 3 pagi Agung membangunkan saya karena dia ingin keluar tenda untuk buang air. Wajar saja sih, karena apa yang dialami tadi malam membuat kita semua parno untuk keluar tenda.

Lucunya, begitu saya dan Agung keluar tiga orang di tenda sebelah ternyata ikut keluar juga, mereka menahan untuk buang air sejak tadi malam karena takut untuk keluar. Setelah semua urusan beres barulah kita masuk ke tenda hingga akhirnya terbangun kembali pada pukul 05.00 pagi.

Lokasi yang sama dengan pemandagan yang berbeda

Di luar tenda sinar matahari sudah muncul sedikit, warna jingga terlihat bercampur dengan warna biru gelap yang menguasai langit beberapa jam sebelumnya. Beberapa orang dari tenda sebelah juga mulai keluar dari persembunyian, pastinya mereka juga ingin melihat pemandangan Sunrise di Puncak Sulibra yang khas ini.

Kabut yang menyelimuti gunung dari kejauhan

Kabut yang menyelimuti gunung dari kejauhan

Dari kejauhan juga tampak lautan awan (atau kabut?) yang masih menyelimuti gunung dan daerah di seberang sana. Karena gak mau momen ini terlewat kita juga nyiapin DSLR untuk meng-abadikan pemandangan yang ada di depan, ga lupa sambil foto-foto narsis sedikitlah hehe.

Matahari Terbit di Puncak Sulibra

Walaupun bagi saya pemandangan sunrise pagi itu gak sebagus seperti waktu terakhir kali ke sini, tapi tetep aja matahari terbit di Gunung Artapela ini punya daya tariknya tersendiri. Kalau dulu dengan pemandangan gradasi langit yang indah, sekarang kita disuguhkan dengan pemandangan lautan awan yang menyelimuti gunung di seberang.

Sunrise di Puncak Sulibra Artapela

Sunrise di Puncak Sulibra Artapela (foto dari trip sebelumnya)

Selain itu pemandangan langit malam di trip sebelumnya pun gak sebagus seperti yang kita lihat di malam tadi, jadi bisa dibilang impas laah. Kita percaya bahwa setiap trip yang dilalui pasti ngasih kesan tersendiri yang bakal ngelekat di ingatan, baik itu yang seru/ asyik maupun yang ‘kurang’ diharapkan.

Setelah puas menikmati matahari terbit, berikutnya kita langsung menyiapkan peralatan memasak untuk nenangin perut yang mulai meronta. Pagi-pagi yang dingin gini sih buat kita udah paling lezat kalau makan mie instan rebus, walaupun gak terlalu ngenyangin tapi cukup laah buat bikin badan dan tenggorokan hangat.

Kabut Di Antara Pepohonan

Kabut di anatara pepohonan

Tidak lupa kita bikin kopi lagi dengan beans yang sama, kali ini metoda yang digunakan yaitu Vietnam Drip. Karena biji kopi yang kita bawa mempunyai karakteristik asam yang menonjol, rasa yang dihasilkan saat dicampur dengan susu kental manis jadi rada aneh. Walupun gitu tetap kita minum buat bikin hangat badan, karena temen saya pernah bilang “Kopi itu cuman ada dua jenis, yaitu enak dan enak banget”.

Terima kasih Puncak Sulibra!

Sesudah makan dan ngopi, berikutnya kita langsung beres-beres tenda dan packing barang bawaan untuk dibawa turun. Saat packing tuh keadaan di sekitar camp jadi banyak banget lalat, padahal sampah sudah kita kumpulkan di satu titik untuk dibawa turun. Karena terus-terusan dikerubunin, keadaan jadi ga nyaman dan bawaannya jadi pengen buru-buru pergi dari sana.

Perjalanan turun hanya memakan waktu setengahnya dari perjalanan naik, selain itu jalur yang kita lewatin semalam pun sangat jelas terlihat. Di perjalanan kita banyak papasan sama warga yang lagi berkebun, gak lupa buat menyapa dan respon dari mereka juga baik dan ramah.

Jalur turun dari puncak sulibra

Jalur turun dari puncak sulibra

Kurang dari 1 jam perjalanan akhirnya sampai di saung tempat kita menyimpan kendaraan. Di sana sudah ada beberapa warga yang berkebun, sambil istirahat kita juga mengobrol dengan mereka dan menanyakan beberapa hal mengenai tempat yang kita datangi ini. Mereka bilang Gunung Artapela dan Puncak Sulibra itu dua tempat yang berbeda, yang semalem kita tempati untuk nge-camp namanya Puncak Sulibra.

Pemandangan Kebun Teh di Perjalanan Pulang

Selain itu mereka juga memberitahu beberapa tempat yang biasanya ramai oleh pengunjung di sekitar sini, misalnya Curug Panganten ataupun Situ Aul yang kebetulan saat itu lagi kering akibat musim kemarau. Tidak hanya itu, kita juga menanyakan alasan kenapa jalur utama menuju Puncak Sulibra di tutup yang kemudian mereka jelaskn beberapa alasannya kepada kita.

Pemandangan kebon teh di sepanjang perjalanan pulang

Pemandangan kebon teh di sepanjang perjalanan pulang

Setelah berbincang cukup lama (kurang lebih 1 jam) akhirnya kita pamit, meminta kontak si akang dan membayar uang penitipan kendaraan sebesar Rp 30.000,- per motor. Selama perjalanan pulang kita melewati perkebunan teh yang menyegarkan mata, menepi sebentar untuk istirahat dan kemudian melanjutkan lagi perjalanan menuju Bandung.

Jumlah Pengeluaran

Penitipan Motor : Rp 30.000/ motor (dibagi dua jadi Rp 15.000/ orang)

Patungan Bensin : Rp 30.000/ orang

Logistik, perbekalan & makan siang : Rp 80.000/ orang

TOTAL : Rp 125.000/ orang

Trip kita kali ini walaupun tidak terlalu jauh tapi cukup melelahkan juga karena kekurangan waktu istirahat dan berbagai hal lainnya. Kita sih merekomendasikan tempat ini untuk kalian yang baru pertama kali camping atau naik gunung, karena jalurnya gak terlalu ribet jadi lumayan cocok lah untuk pemula.

Terimakasih sudah membaca catatan perjalanan kita kali ini, jangan lupa cek berbagai akun sosmed kita di @nyikreuh untuk mendapatkan info mengenai trip terbaru yang kita lakukan. Sampai jumpa di trip berikutnya dan jangan lupa tetap berkelana untuk menikmati indahnya Alam Indonesia! #WonderfulIndonesia

 

Beri penilaian untuk postingan ini!
[Keseluruhan: 2 Rata-rata: 5]

Leave a Reply